Minggu, 01 April 2018

Tante Jenny Si Ibu Kost Semok Yang Membuat Nafsu Bergejolak

Cicibugil.blogspot.com - Kisah ini aku tulis berdasarkan pengalaman nyataku dengan ibu kosku yang masih muda. Usiaku kini sudah 27 tahun. Kejadian ini berlangsung sejak aku baru lulus dari SMA. Usiaku dulu 18 tahun. Ibu kosku beda satu tahun denganku, lebih tua dia.


CERITA DEWASA 2018


Jenny, dia ibu kosku yang dinikahi oleh duda kaya raya yang memiliki bisnis besar. Salah satunya kamar-kamar kos yang berada di Bekasi. Kamar kosnya ada 30 kamar. Jenny dipaksa menikah dengan Lesmana (duda kaya) oleh kedua orang tuanya. Karena dulu orang tuanya memiliki hutang beberapa belas juta yang tak bisa dibayar. Di usia 19 tahun Jenny menikah dengan Lesmana.

NONTON BOKEP ONLINE


Kini Jenny berusia 27 tahun. Wanita ini bisa dibilang hampir sempurna. Memiliki tubuh yang cukup tinggi; 167cm. Postur tubuhnya tergolong ideal. Dengan berat badan 65kg. Lalu dihiasi lingkar dada yang cukup besar; 38C. Kulit putih dan rambut panjang bergelombang menambah kesempurnaan wanita yang lahir di Jakarta ini.

AGEN BOLA PIALA DUNIA 2018


Berawal dari hijrahnya aku ke kota Bekasi karena harus melanjutkan study S1 ku di salah satu perguruan tinggi di sana. Karena tak punya sanak saudara yang tinggal di Bekasi, akhirnya aku putuskan untuk mencari kamar kos yang dekat dengan kampusku. Hal ini agar mengurangi pengeluaranku.

Setelah mencari ke sana dan kemari, akhirnya aku menemukan kamar kosan yang dekat dengan kampusku. Harganyapun relatif murah untuk kantong mahasiswa, 290rb perbulan. Itupun sudah termasuk listrik dan air.

Aku masuk menuju ke dalam pintu gerbang yang didepannya tertulis, “Terima Kos Pria dan Wanita”. Pintu masuk menuju rumah utama lumayan jauh. Hingga akhirnya aku bertemu dengan wanita cantik yang masih muda.

“Maaf, mbak. Aku mau ngekos di sini. Harus kemana ya untuk pendaftaran masuk?” tanyaku kepada wanita cantik itu.
“Mas siapa namanya? Saya Jenny, istri pemilik kosan ini” Gadis manis ini ternyata sudah menikah. Aku fikir masih single.
“Aku Kevin, mbak Jenny. Mau ngekos di sini. Berapa perbulannya ya?”
“Panggil saja aku Jenny. Jangan pake mbak. Aku masih muda.”
“oh, iya baik, Jen”
“berapa orang, Vin?” tanyanya singkat.
“aku sendiri. Bisa liat liat dulu kamarnya, Jen?”
“mari aku antar”

Aku dan Jenny mengelilingi kamar kosnya. Cukup banyak kamar di sini ternyata. Aku diantarkan ke kamar yang paling dekat dengan rumah utama. Kamarnya lumayan besar. Aku langsung minta di sini aja. Karena dekat dengan akses keluar masuk.

“aku di sini aja, Jen.”
“oh, yaudah. Kalo cocok, silahkan. Kapan mau mulai masuk kamar?”
“hari ini juga. Aku sudah bawa tas ransel yang isinya pakaianku untuk kuliah di seberang tuh. Hehe”
“ya sudah, masuk dan rapihkan pakaianmu di lemari. Setelah itu aku tunggu di ruang utama ya” ucapnya sangat ramah sembari menunjukkanku arah ruang utama (maksudnya ruang administrasi kosan itu).

Seminggu sudah aku tinggal di sini. Jenny sangat ramah padaku. Entah emang sifatnya seperti itu atau hanya pada diriku. Karena setiap aku pulang kuliah dia selalu tersenyum manis padaku. Terlihat ada tatapan nakal dimatanya.

Tepat di hari ke-11 Jenny mengajakku ngobrol di dalam rumah utama yang letaknya tepat bersebelahan dengan kamarku. Di dalam rumahnya yang lumayan besar itu ternyata dia hanya tinggal dengan 2 pembantunya. Dua duanya biasa membantu membersihkan rumahnya. Aku baru saja dikenali oleh Jenny.

Aku agak canggung berada berduaan gini di dalam satu ruangan bersama wanita dewasa. Apalagi dengan wanita cantik berpostur tinggi ini. Seperti sedang berbicara dengan bidadari rasanya.

Dua jam lebih aku ngobrol dengan Ibu kosku. Obrolan kita sudah sangat panjang. Aku tak tau sudah seberapa banyak dia bercerita dan akupun sebaliknya.

Sampai pada akhirnya Jenny bercerita tentang mengapa dia menikah dengan pemilik kos ini. Suaminya adalah duda kaya raya yang memiliki banyak usaha. Dia sebenernya tak sampai hati menikah dengan Lesmana. Belum genap setahun dia menikah dengan duda kaya raya ini. Baru memasuki usia 5 bulan. Dia ingin berontak, namun selalu ingat orangtuanya.

“Kevin, kamu sudah punya pacar?”
“aku belum pernah pacaran sama sekali” jawabku sekenanya. Karena memang aku dari dulu ga pernah pacaran.
“ah, masa? Kamu kan ganteng. Masa ga ada yang mau?”
“yang mau ada, cuma akunya yang ga mau pacaran”
“oh, gitu”
“kenapa emang tanya gitu? Naksir dengan aku ya? Hehe” tanyaku sambil meledek.
“enggak, aku kan udah jadi istri orang. Naksir cowo lain itu ga diperbolehkan. Cuma kalo jadi teman curhat sah-sah aja kan? Hehe”

“Kevin, aku mau mengatakan sesuatu. Kamu jangan marah ya?”
“apa?”

Suasana sudah mulai memanas. Aku bingung Jenny mau bilang apa. Cuma aku takut disuruh pindah kos. Di sini tergolong murah soalnya.

Bibir Jenny mendekat ke telinga kananku sambil berbisik, “Vin, mau ga menjadi teman ‘sepermainan’ ku?” aku bingung dengan maksudnya.
“teman sepermainan tuh apa?”
“Begini, Vin. Suamiku yang duda kaya itu pulang hanya di akhir bulan. Itupun cuma semalaman. Lalu dia pergi lagi. Aku kesepian. Secara aku ini kan pengantin baru. Setelah menikah, aku baru 1 kali digauli olehnya. Aku hanya diperawani olehnya. Aku juga butuh nafkah biologis, Vin. Mau ga kamu menafkahi kebutuhan biologisku?”

Aku tercengang mendengar pertanyaan terakhirnya. Aku bingung harus berbuat apa. Karena memang seumur-umur aku belum penah ‘nakal’ dengan wanita manapun.

“gimana, Vin? Kok diam?” tegas Jenny.

“aku bukannya ga mau. Cuma aku ga enak dengan dua pembantumu. Lagian aku belum pernah menafkahi kebutuhan biologis wanita. Aku belum banyak belajar tentang itu. Kecuali kamu mau mengajariku” di sini fikiranku mulai dirasuki oleh setan.

Semua berubah begitu saja. Aku langsung ingin merasakan ‘nakal’ bersama wanita dewasa.

Beberapa menit kemudian Jenny membawaku ke dalam kamar yang cukup besar. Ini adalah kamarnya. Fasilitasnya lengkap. Komputer, spring bed, ac, lemari, televisi, dan kamar mandi di dalam. Mewah sekali kamar ini.

Jenny menuju komputer yang dari tadi udah stand by. Dia membuka folder demi folder sampai akhirnya terdapat satu folder berjudul, “Education”. Setelah dibuka ternyata berisikan puluhan film porno. Jenny memutarkannya untukku.

Setelah memutar 5 film, Jenny berkata, “sudah ngerti belum basic-nya?” aku hanya mengangguk tanda mengerti.

Jenny skrg sudah duduk di bibir ranjang. Dia memakai kaos oblong berwarna biru muda dengan rok selutut berwarna hitam. Jenny memanggilku untuk duduk di sebelahnya. Tanganku dituntun menuju dadanya. Aku mulai keringetan. Aku gugup. Antara takut dan gembira sebenarnya. Lalu sampailah kedua tanganku didadanya. Lalu aku remas perlahan dadanya. Lembut sekali. Rasanya indah sekali menyentuh dada wanita ini. Besar, kenyal, dan lembut.

“ya, terus, Vin. Kamu pasti suka dengan dada ini”
“ya aku mulai suka” aku tak banyak bicara. Karena aku sedang terkagum kagum merasakan indahnya menyentuh lembutnya payudara.

Jenny membuka kaos oblongnya. Skrg terlihat bra besar berwarna biru juga. “waw, besar sekali” ucapku dalam hati.
“boleh aku pegang?” tanyaku memastikan.
“boleh. Kamu boleh melakukan apa saja denganku, Vin” ucapnya dengan nada yang agak nakal.

Aku ingin membuka bra-nya. Namu, karena belum pernah membuka sebelumnya aku jadi kesulitan.

Hampir 5 menit aku baru berhasil membuka pengait belakang itu. Kini aku sudah melihat gumpalan daging berwarna putih dengan ujung berwarna pink. Indah sekali. Spontan tangan dan mulutku bergeriliya di daerah dadanya. Jenny kurebahkan diatas ranjang. Mulut dan tanganku tak bisa berhenti menari-mari di atas gundukan itu. Jenny sudah mulai terlihat senang. Sepertinya sudah terhanyut dalam suasana. Lama aku bermain main di sana.

Setengah jam kemudian Jenny bangkit dan melucuti semua pakaianku. Aku kikuk dibuatnya. Seketika itu aku terdiam sambil menutupi kemaluanku dengan tanganku.

“kok ditutupi? Malu ya? Ga usah canggung. Aku suka kok”
Lalu kucoba untuk membuka kedua tanganku. “hah? Besar banget tititmu, Vin. Berapa ukurannya?” sepertinya Jenny kaget melihat penisku. Lumayan panjang memang. 16 cm. Dan cukup besar.
“16 cm, Jen. Kenapa?”
“aku kaget aja. Punya suamiku yang duda kaya itu kecil sekali. Tak ada separuhnya. Boleh aku pegang?” dia memastikan.
“boleh. Cuma pelan pelan ya. Aku belum pernah dipegang.”
Jenny meraih penisku. Dia mengelus-elus dengan lembut. Aaaaaah, geli sekali. Indah sekali rasanya sore itu. Pantas saja semua orang suka dengan ‘kenakalan’.

Setelah hampir 5 menit, Jenny memasukkan penisku ke dalam mulutnya. “ga jijik, Jen?” tanyaku. Sedangkan Jenny tak menghiraukan.

10 menit mungkin Jenny mengulum dan memainkan kemaluanku. Lalu kini dia membuka rok dan celana dalamnya. Dia menyuruhku untuk memasukkan penisku secara perlahan.

Ku pegang batang kemaluanku yang sedari tadi sudah menantang. Ku arahkan menuju liang peranakannya. Kepala kemaluanku sudah tepat berada dibibir vaginanya yang terlihat masih mungil sekali. Dengan tambahan bulu bulu halus di sekitarnya.

Sedikit demi sedikit telah kumasukan penisku. Jenny teriak kesakitan. Lalu kucoba untuk lebih berhati hati lagi sampai akhitnya seluruh batang kemaluanku berada di dalam lubang vaginanya.

“aku merasakan batang kemaluanmu sampai pada punti rahimku, Vin” ucapnya sambil mendesah. “berhenti sejenak, Vin. Jangan kau lanjutkan dulu. Aku masih ingin membiasakan vaginaku dengan batang kemaluan yang besar” lanjut Jenny.

5 menit sudah aku berdiam diri. Setelah itu baru mulai kugenjot vaginanya. Rintihannya semakin keras. Aku melakukan seperti di video yang Jenny berikan sebelum kita melakukan ini. Aku genjot vaginanya sembari tangan dan mulutku bergeriliya di bagian dadanya. Semakin lama desahan dan rintihannya semakin keras. Kutambahkan speed genjotanku. Rintihannya semakin menjadi jadi. 15 menit sudah.

Lalu kurasakan penisku seperti ingin mengeluarkan sesuatu. Ku percepat genjotanku. Dan ternyata aku mengeluarkan sperma didalam rahimnya. Jenny sudah terlihat lemas sedari tadi. Ku diamkan beberapa saat sebelum aku mencabut penisku dari kemaluannya yang masih sempit itu. Aku terkulai lemas disebelah Jenny yang juga sudah terkulai lemas sedari tadi.

Kesokan harinya Jenny mengajakku kembali. Dan terus berlanjut hingga tulisan ini aku terbitkan. Kini Jenny memiliki dua anak. Yang menurut pengakuan Jenny keduanya adalah anakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

image and video hosting by tinypic