Cicibugil.blogspot.com - Ketika itu, sekolahku sedang mengikuti persiapan untuk lomba basket. Sebagai pemain inti tentu saja aku mengikuti program latihan yang diberikan oleh pelatih. Kami diharuskan menginap di sekolah untuk suatu latihan. Yah, terpaksa aku menginap juga di sekolah.
Ternyata yang menginap tidak hanya tim basket putra tetapi juga tim basket putri. Dalam hati aku bersorak gembira karena di tim basket putri di sekolahku terdapat banyak cewek cantik. Apalagi pakaian tim cewek memang sangat sexy. Memang mereka bisa main basket, cuma yang bisa bermain bagus hanya satu atau dua orang saja. Aku datang ke sekolah pukul 16:00 WIB. Setelah menaruh tasku di kelas, aku segera bergabung dengan teman-temanku.
NONTON BOKEP ONLINE
Saat itu langit masih agak terang, sehingga aku masih bisa bermain di lapangan basket yang outdoor. Latihan berjalan seperti biasa. Pemanasan, latihan lay-up dan permainan. Seperti biasa, putra dan putri dicampur. Jadi di satu tim terdapat 3 cowok dan 2 cewek. Aku main seperti biasa tidak terlalu ngotot.
AGEN BOLA PIALA DUNIA 2018
Saat itu tim lawan sedang menekan timku. Sinta sedang melakukan jump shoot, aku berusaha menghalanginya dengan melakukan blocking. Namun usahaku gagal, tanganku justru menyentuh bagian terlarangnya. Aku benar-benar tidak bermaksud menyentuh dadanya. Memang dadanya tidak terlalu besar namun setelah menyentuhnya kurasakan payudaranya sangat kenyal.
Lalu aku meminta maaf kepadanya. Sinta pun menerima maafku dengan wajah agak merah. Setelah itu giliran timku melakukan serangan. Lagi-lagi aku berhadapan dengan Sinta. Aku berusaha menerobos defend dari Sinta. Namun tak sengaja aku menjatuhkan Sinta dan aku dikenai personal foul. Aku mencoba membantu Sinta berdiri.
Kulihat kakinya berdarah, lalu kutawarkan untuk mengantarkannya membesihkan luka itu. Sinta pun menerima ajakanku. Kami pun berjalan menuju ke ruang guru yang jaraknya memang agak jauh dengan lapangan basket. Sinta berjalan tertatih-tatih, maka kubantu ia berjalan. Saat itu sekolahku sudah kosong semua, hanya tinggal kami tim basket dan karyawan sekolah.
Sesampainya di ruang guru, aku segera mengambil peralatan P3K. Kubasahi luka di paha kiri Sinta dengan perlahan. Sesekali Sinta melakukan desahan karena kesakitan. Setelah kucuci lukanya, kuberi obat merah dan kuperban kakinya. Saat menangani lukanya, baru kusadari bahwa Sinta juga memiliki kaki yang menurutku sangat sexy.
Kakinya sangat panjang dan mulus. Apalagi dia hanya mengenakan celana pendek. Kuarahkan pandanganku ke atas. Dadanya tidak terlalu besar, namun cukuplah bagi cewek berusia 17 tahun. Oh ya.. Sinta berusia 17 tahun, rambutnya lurus panjang sebahu, kulitnya putih mulus, dia Asli Indo sepertiku. Tingginya 172 cm dan beratnya kira-kira 50 kg.
Tiba-tiba kudengar erangan Sinta yang membangunkanku dari lamunanku.
Ada apa Sin? kutanya dia dengan lembut.
Kakiku rasanya sakit banget. jawabnya.
Di mana Sin? tanyaku dengan agak panik.
Di sekitar lukaku..
Kupegang daerah di sekitar lukanya dan mulai memijatnya. Penisku lama-lama bangun apalagi mendengar desahan Sinta. Tampaknya ini hanya taktik Sinta untuk mendekatiku. Aku pun tak bisa berpikir jernih lagi. Segera saja kulumat bibir Sinta yang indah itu. Sinta pun tak mencoba melepaskan diri.
Ia sangat menikmati ciumanku. Perlahan, Sinta pun membalas ciumanku. Tanganku mulai merambah ke daerah dadanya. Kuraba dadanya dari luar bajunya yang basah oleh keringat. Sinta semakin terangsang. Kucoba membuka bajunya, namun aku tidak ingin buru-buru. Kuhentikan seranganku. Sinta yang sudah terangsang agak kaget dengan sikapku. Namun aku menjelaskan bahwa aku tak ingin terburu-buru dan Sinta pun dapat memahami alasanku walaupun ia merasa sangat kecewa.
Kemudian aku membantunya kembali ke lapangan. Sebelum kembali ke lapangan aku mencium mulutnya sekali lagi. Kami pun berjanji untuk bertemu di ruang kelas IB setelah latihan selesai. Dalam hati aku berjanji bahwa aku harus merasakan kenikmatan tubuhnya. Sisa latihan malam itu pun kulakukan dengan separuh hati.
Setelah latihan, kami semua mandi dan beristirahat. Kesempatan bebas itulah yang kami gunakan untuk bertemu. Di ruang kelas itu kami saling mengobrol dengan bebas. Aku pun tahu bahwa Sinta belum pernah memiliki pacar sebelumnya dan kurasa dia menaruh hati padaku. Perasaanku padanya biasa-biasa saja.
Namun mendapat kesempatan ini aku pun tak ingin melewatkannya. Kami pun mengobrol dengan santai. Sinta pun bermanja-manja denganku. Kepalanya disandarkan ke bahuku dan aku pun membelai rambutnya yang wangi itu. Entah siapa yang memulai, kami saling berpagutan satu sama lain. Bibirnya yang hangat telah menempel dengan bibirku. Lidah kami pun saling beradu. Kuarahkan ciumanku ke bawah. Kupagut lehernya dengan lembut sehingga Sinta melakukan desahan .
Tanganku mulai aktif melancarkan serangan ke dada Sinta. Kurasakan payudara Sinta mulai mengeras. Kusingkap T-Shirt pink miliknya dan terlihatlah payudara Sinta terbungkus Triumph 32B. Ketika aku akan melancarkan seranganku, Sinta tiba-tiba melarang. Kali ini dia yang belum siap. Rupanya ia ingin melakukannya secara utuh denganku di suatu tempat yang pantas. Aku pun memahami maksudnya. Akhirnya kami hanya berciuman saja.
Keesokan harinya, kami kembali melakukan latihan basket. Namun Sinta hanya melakukan latihan ringan saja. Pukul 13:00 kami boleh pulang ke rumah masing-masing. Kutawarkan tumpangan kepada Sinta. Aku memang membawa mobil sendiri ke sekolah. Kuantarkan ke rumahnya di sebuah jalan besar. Sesampainya di sana, aku diajaknya masuk ke rumahnya. Aku tahu bahwa Sinta tidak tinggal bersama orang tuanya.
Orang tuanya terlalu sibuk mengurus bisnis mereka. Sinta memang anak orang kaya. Pertama-tama aku minta ijin memakai kamar mandinya untuk mandi sejenak. Setelah selesai, aku menunggu di kamarnya. Kamarnya cukup luas. Suasananya pun cukup enak. Aku kini mengerti mengapa Sinta tak ingin melakukannya di kelas. Sinta juga sedang mandi rupanya. Memang cewek kalau mandi itu agak lama.
Tak lama, Sinta keluar dari kamar mandi dengan mengenakan T-Shirt Hello Kitty berwarna biru muda dengan celana pendek. Lalu kami pun berbincang-bincang. Aku pun memuji kecantikannya. Setelah agak lama berbincang, kami saling memandang dan kami pun mulai berciuman. Ciuman kali ini sangat kunikmati.
Kuraba dengan lembut payudara Sinta. Kemudian kubuka baju Sinta dan terlihatlah BH hitam membungkus payudara yang sangat indah. Aku termenung sejenak lalu mulai melepas pakaianku dan pakaiannya. Aku sudah telanjang sedangkan Sinta masih mengenakan pakaian dalam berwarna hitam. Kulanjutkan ciumanku di dada Sinta. Sinta melenguh perlahan menikmati perlakuanku.
Perlahan-lahan kuarahkan mulutku di antara dua belahan pahanya yang mulus. Lalu kusentuh permukaan celana dalamnya yang sexy dengan ujung lidahku. Badan Sinta seperti mengejang perlahan. Kuliarkan lidahku di celana dalamnya. Sinta pun merasakan desahan nikmat karena lidahku mengenai klistorisnya. Kulepas BH dan CD-nya hingga tampaklah sesosok tubuh yang sangat indah dan proporsional.
Kembali aku mempermainkan buah dadanya. Buah dadanya sudah mulai menegang dan bentuknya pun menjadi sangat indah walaupun tidak besar. Kugigit-gigit lembut putingnya yang menegang keras. Kuturunkan ciumanku ke arah rambut-rambut halus yang tertata rapi di bagian bawah tubuhnya. Kucium harum khas kemaluan Sinta. Kujulurkan lidahku masuk ke dalam belahan kemaluannya dan berusaha menemukan klistorisnya.
Ketika kutemukan daging kecil itu, Sinta mengeluarkan desahan desahan yang sangat merangsang diriku. Aku semakin bergairah untuk merasakan sempitnya kemaluannya. Kemaluannya terus kulumat dengan lidahku. Tak lama kemudian, kurasakan kepalaku dijepit oleh kedua belah paha Sinta.
Badan Sinta mulai mengejang, melonjak dan melengkungkan tubuhnya sesaat. Sinta telah mencapai orgasme pertamanya bersamaku. Kubiarkan ia menikmati gelombang orgasme pertamanya selama beberapa menit dengan terus memainkan lidahku dengan lembut di daerah sensitifnya. Kemudian Sinta terbaring lemas karena gelombang orgasme yang telah melandanya tadi. Ia sangat menikmati orgasme nya tadi.
Memahami kebutuhanku, Sinta kembali aktif. Sinta meraih batang kemaluanku dan menyentuhkan lidahnya ke kepala penisku. Kurasakan hisapannya masih malu-malu. Tapi terus kumotivasi dia dengan ucapan-ucapan kotor. Dan usahaku berhasil. Lama-lama Sinta tidak lagi merasa canggung. Hisapannya mulai membuatku melakukan desahan . Ukuran mulut Sinta pas sekali dengan lebar penisku.
Jadi kenikmatan yang kudapat sangatlah nikmat. Aku pun tak mau diam. Kuraih kedua paha Sinta dan kubenamkan kepalaku diantaranya. Sehingga kami membentuk sikap 69. Rangsangan-rangsangan yang telah menjalari tubuh kami berdua rupanya sudah semakin hebat dan tak dapat ditahan lagi. Sinta bergulir ke sampingku, memutar posisi tubuhnya sehingga kami dapat berciuman sejenak.
Aku bertanya, Sin, aku masukkan ya? Dengan lemah, Sinta pun menganggukkan kepala. Kubaringkan tubuhnya ke ranjang, kuangkat kedua belah tungkainya yang muluh ke bahuku. Kuarahkan kepala kemaluanku menuju ke arah kemaluannya. Lalu kumasukkan kepalanya dahulu ke dalam milik Sinta.
Rupanya kemaluan Sinta sangat sempit. Tidak dapat kumasuki. Sinta melakukan desahan karena kesakitan sambil melonjak ketika aku mencoba menekannya. Sebenarnya aku senang mendapat vagina yang begitu sempit. Namun aku sangat kesulitan memasukkannya. Aku sudah sangat bersusah payah melakukannya. Aku sangat berhati-hati dalam melakukannya, karena aku tak mau menyakiti Sinta.
Aku merasa kasihan pada Sinta. Sinta terpaksa harus menahan gejolak nafsu dalam dirinya karena hal ini. Wajahnya terlihat sangat menderita. Terpaksa kuambil jalan pintas. Kumasukkan sekali lagi kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Sinta dan kudorong sekuat tenaga, namun gagal. Justru aku kesakitan sendiri. Sinta pun menjerit kesakitan. Kucoba menenangkannya sebentar. Lalu kucoba lagi.
Setelah 5 menit akhirnya berhasil. Penisku ternyata dapat masuk seluruhnya ke dalam milik Sinta. Dapat dikatakan sangat pas. Kurasa milik Sinta sangat dalam, karena dari semua cewek yang pernah ML denganku, vaginanya tak ada yang dapat menampung milikku. Paling-paling hanya 3/4-nya.
Mungkin karena Sinta itu tinggi sehingga vaginanya juga dalam. Setelah masuk semua, kudiamkan beberapa saat agar Sinta terbiasa. Lalu penisku mulai kutekan-tekankan perlahan-lahan. Sinta masih melakukan desahan karena kesakitan. Walau penisku dapat masuk semuanya tapi ini sangat terasa sempit. Lama-lama kugerakkan agak cepat. Sinta sudah dapat mengikuti permainanku. Ia sudah dapat mendesah nikmat. Klistorisnya tergesek terus oleh milikku. Setelah agak lama, kuganti posisi.
Aku berada terlentang di ranjang dan Sinta berada di atasku menghadap ke arahku. Dengan posisi ini, Sinta dapat mengatur sendiri kecepatan penisku. Sinta menggerakkan sendiri pantatnya. Aku pun menaikkan pantatku saat Sinta menurunkan pantatnya. Tanganku pun berada di kedua bukit kembarnya. Sensasi ini sungguh luar biasa.
Sinta sangat menikmati permainan ini. Sinta melakukan desahan secara lantang dan ia bergerak semakin seru setiap kali kejantananku menghantam ujung rahimnya. Gerakan kami berdua semakin cepat dan semakin melelahkan, sampai akhirnya Sinta mengejang dan membusurkan badannya kembali.
Gelombang orgasme kedua telah melandanya. Ia tampak masih berusaha meneruskan gerakan-gerakan naik turunnya untuk memperlama waktu orgasmenya yang kedua sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya yang lemas di atas tubuhku dan terdiam untuk beberapa saat. Tubuhnya bermandikan keringat. Aku menatap wajahnya yang menunjukan rasa bahagia.
Setelah memulihkan tenaga sesaat. Kembali aku melakukan permainan. Kali ini doggy style. Kubimbing ia pada posisi itu. Aku berdiri di belakangnya dan menusukkan penisku ke dalam miliknya. Kugerakkan penisku perlahan, namun lama-lama semakin cepat. Sinta berulangkali melakukan desahan sambil mengucapkan kata-kata kotor yang tak dapat kubayangkan mampu keluar dari mulut gadis cantik seperti dia. Sampai akhirnya aku merasakan spermaku sudah mengumpul di penisku.
Kukatakan padanya aku hampir orgasme. Dia pun hampir orgasme. Kupercepat laju penisku di dalam vaginanya. Kubuat agar Sinta keluar terlebih dahulu. Sinta pun meraih orgasmenya yang ketiga. Kubiarkan penisku di dalam vaginanya untuk menambah sensasi baginya, walau aku harus mati-matian menahan laju spermaku agar tidak muntah di dalam. Kemudian, kucabut penisku dan kumasukkan dalam mulutnya. Spermaku ternyata tidak mau keluar. Sinta pun berinisiatif mengulum penisku.
Tak lama kemudian, spermaku muncrat di dalam mulutnya. Spermaku keluar banyak sekali. Sinta kaget, namun ia segera menelannya. Kami diam sesaat. Sin, kamu masih kuat untuk main lagi? tanyaku nakal. Tentu donk.. jawabnya mesra. Sinta memang memiliki stamina yang kuat. Walaupun tubuhnya telah basah oleh peluh keringat, ia masih belum capai.
Setelah penisku kembali tegang, aku duduk dan Sinta duduk di atasku. Kumasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya. Kali ini sudah tidak sesulit tadi walaupun masih agak rapat. Kugoyangkan pantatnya untuk meraih kenikmatan. Kugesek-gesek klistorisnya dengan penisku. Sinta kembali bergairah menyambutnya. Lalu kucoba menusukkan penisku keras-keras. Rasanya sungguh luar biasa.
Sinta sangat menyukai tusukan itu. Ketika spermaku sudah mengumpul lagi, aku berganti posisi. Sinta kutidurkan terlentang lalu aku tengkurap di atasnya. Kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat. Namun Sinta kurang menyukai posisi ini. Kuanjurkan dia untuk tengkurap di atas ranjang dan aku di atasnya. Seperti kura-kura saling menumpang. Kumasukkan penisku ke dalam liang kenikmatannya. Sinta kembali merasakan rasa puas.
Kugerakkan penisku dengan cepat. Sinta akhirnya keluar juga untuk yang keempat kalinya. Aku pun mengeluarkan spermaku lagi di kedua belah dadanya. Kami pun tertidur selama beberapa jam. Ketika aku bangun, jam sudah menunjukkan pukul 19:30. Aku pun mencoba bangkit dari ranjang. Sinta pun terbangun. Saat itulah Sinta mengungkapkan perasaannya padaku.
Kuterima cintanya dengan tulus. Kami pun berpacaran. Setelah 5 bulan berpacaran, kami pun putus dengan baik-baik. Tapi aku tetap menyukainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar