Cicibugil.blogspot.com - Sebut saja dia Tante Vio, dia wanita keturunan chinese yang berumur hampir 40, sebaya dengan Tante Helena hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain.
Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Helena, agak gemuk hanya saja Tante Vio lebih pendek dari Tante Helena dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak sedikit kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.
NONTON BOKEP ONLINE
Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Helena, dan aku dikenalkan oleh Tante Helena kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu.
AGEN BOLA PIALA DUNIA 2018
Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Vio yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Vio akhirnya pulang.
“Oke, Hel. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ricky” kata Tante Vio sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju car call untuk memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Vio kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.
“Ric, menurut kamu Tante Vi gimana?” tanye Tante Helena padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
“Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Helena sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.
“Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Helena agak sewot.
“Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum.
“Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Vio jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Helena.
“Ric, kamu tahukan kalo Tante Vi itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Vi lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Vi itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Helena.
“Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Ric.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Helena dengan wajah serius.
“Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga.
“Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Helena was-was.
“Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Vi” jawabku menghibur Tante Helena yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.
“Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Vi dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas.
“Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.
“Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Vi, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Helena kemudian.
Setelah itu Tante Helena lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.
Malamnya Tante Vi menghubungi aku lewat telepon.
“Hallo Ricky, ini Tante Vi masih ingatkan?” tanya Tante Vi dari seberang.
“O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya.
“Tadi Tante Helena sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi.
“Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Vi.
“Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya
Tante Vi lagi.
“Kalo gitu oke dech” jawabku singkat.
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup.
Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.
“Hallo Ricky, ini Tante Vi. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Vi memberitahukan kamarnya.
“Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Vi. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Vi membukakan pintu.
“Ayo masuk, udah dari tadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Vi sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.
“Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku.
“Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Vi bercanda.
Kemudian Tante Vi duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Vi dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Vi merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Vi.
“Mmm.. kamu romantis ya Ric, pantes Helena suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Vi sambil menghembuskan nafas.
“Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.
Tante Vi menatapku sendu sambil tersenyum.
“Terima kasih sayang” kata Tante Vi.
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.
Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Vi dengan lembut juga, sepertinya Tante Vi benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya.
Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Vi dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.
“Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lembut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Vi disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.
Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Vi bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Vi. Setelah pelayan keluar dan Tante Vi memberikan tips, tiba-tiba Tante Vi menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku,
hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.
“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Vi padaku.
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Vi dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Vi dari penisku, kuangkat Tante Vi dan kurebahkan dikasur.
“Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Vi dan mulai mencumbu Tante Vi sementara Tante Vi hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.
Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Vi satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Vi lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Vi,
setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Vi, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Vi lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Vi kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Vi lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Vi.
Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Vi, dan Tante Vi mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Vi sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Vi,
tanganku pun mendekati vagina Tante Vi dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Vi tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Vi yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Vi yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Vi melengkung keatas.
“Akhh.. Ricky.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. Ricky enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Vi histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Vi dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Vi bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Vi bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Vi mendapatkan orgasme pertamanya.
Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Vi.
“Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante genit Vi histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.
Kuturuti permintaannya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante genit Vi. Tubuh Tante Vi bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.
“Ahh.. Rickyy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Vi mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan ketika tubuh Tante genit Vi sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Vi yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Vi.
“Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Vi padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Vi.
Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante genit Vi hingga posisi Tante Vi kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Vi sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Vi yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Vi dan kulepas rok Tante Vi dari atas,
dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Vi lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Vi.
“Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Vi histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante genit Vi bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Vi.
Lalu kurebahkan tubuh Tante Vi dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Vi tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang,
lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Vi bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante genit Vi juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.
“Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Vi.
“Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante genit Vi dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.
Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Vi yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Vi sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Vi yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante genit Vi.
Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.
Setelah tubuhku dan Tante Vi mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengar erangan pelan Tante genit Vi yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Vi, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Vi.
“Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih brondongku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Vi sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.
“Ah Tante Vi bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante genit Vi membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Vi, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante genit Vi dan kamipun saling membersihkan tubuh.
Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Vi sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante genit Vi tidak pernah lepas dari selangkanganku.
Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi.
Dan mulai sejak itu jadilah aku brondong kesayangan Tante Vio dan Tante Helena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar